Indonesia Hanya Menjadi Pengguna BlackBerry
Siapa yang tak mengenal ponsel pintar yang satu ini. Dengan layanan khusus di luar fungsi komunikasi biasa, maka berbagai macam fitur yang memanjakkan pengguna sampai dengan pengguna penjelajahan internet dengan mudah kita dapatkan. Sehingga harga perangkat dan harga akses berlangganan pun dianggap tidak menjadi masalah untuk membeli gadget ini. BlackBerry seolah telah menjadi semacam Sign atau symbol gaya hidup modern saat ini. Meski keadaan ekonomi Indonesia yang masih jauh dibawah Negara lain tapi pengguna gadget yang satu ini sangat banyak di Negara kita.
Tapi tahukah anda bahwa perusahaan ponsel BlackBerry hanya menjadikan Negara kita sebagai pengguna,konsumen dan sumber penghasilan mereka saja.
Beberapa waktu yang lalu perusahaan ponsel Black Berry besutan perusahaaan Kanada, Research In Motion (RIM) memilih pembangunan pabrik di Negara tetangga Malaysia.
Sikap perusahaan ponsel BlackBerry membangun pabriknya di Malaysia dan bukan di Indonesia mengandung makna yang kurang masuk akal dan sangat menyakitkan karena Indonesia merupakan pengguna BlackBerry terbesar di Asia Tenggara sudah seharusnya RIM tidak hanya memposisikan Indonesia hanya sebagai pengguna dan pasar yang sangat menjanjikan. Padahal sebelumnya, Indonesia diperkirakan akan didirikan pabrik baru oleh RIM mengingat posisinya sebagai raja di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih dari 239 juta jiwa. Tapi kenyataanya justru malah sebaliknya RIM lebih memilih Malaysia sedangkan Indonesia hanya dijadikan sebagai lahan industrinya.
Pernyataan yang pernah di ucapkan Vice President RIM untuk kawasan Asia Tenggara, Dany Bolduc, menyatakan Malaysia merupakan tempat yang sangat pas untuk memperkuat pangsa pasar RIM di Asia.
Di sini, tersingkap fakta bahwa RIM memanfaatkan sentiment antara kedua Negara yaitu antara Indonesia dan Malaysia. Karena bukan rahasia lagi Negara serumpun ini sering terganggu hubungannya. Dari segi apapun jika kita lihat pemilihan pembangunan pabrik RIM di Malaysia,bukan di Indonesia sungguh sangat menyakitkan kita. Betapa ironisnya ketika pengguna gadget tersebut begitu booming di Negara kita dengan penjualan yang mencapai 4 juta unit, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tetapi keberadaan kantor mereka justru nihil.
Di sini, tersingkap fakta bahwa RIM memanfaatkan sentiment antara kedua Negara yaitu antara Indonesia dan Malaysia. Karena bukan rahasia lagi Negara serumpun ini sering terganggu hubungannya. Dari segi apapun jika kita lihat pemilihan pembangunan pabrik RIM di Malaysia,bukan di Indonesia sungguh sangat menyakitkan kita. Betapa ironisnya ketika pengguna gadget tersebut begitu booming di Negara kita dengan penjualan yang mencapai 4 juta unit, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tetapi keberadaan kantor mereka justru nihil.
Jika RIM lebih memilih Malaysia ketimbang Indonesia dalam pembangunan pabrik baru RIM di kawasan Asia tenggara Dari segi tenaga ahli di bidang elektronika dan IT, Tenaga ahli di bidang elektronika dan IT Malaysia masih kalah jauh dibandingkan Indonesia. Negara kita memiliki tenaga ahli yang lebih hebat dan lebih banyak di bidang tersebut. Terlebih jika RIM beranggapan bahwa Malaysia tempat yang pas untuk memperkuat pangsa pasar RIM. Dengan penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa dan di awal-awal kemunculan BlackBerry dikawasan Asia Tenggara, tercatat penjualan BlackBerry di Indonesia sangat tinggi. Bukan kah Indonesia lebih menjanjikan bila dijadikan pangsa pasar dan di bangun pabrik baru mereka di Indonesia?
Akhirnya,apalagi yang mau dikata. Meski Indonesia merupakan pengguna BlackBerry terbesar di Asia Tenggara.
RIM sebagai perusahaan besar ternyata telah terlanjur memposisikan Indonesia hanya sebagai pengguna,konsumen dan sumber penghasilan saja. Inilah pelajaran besar yang harus kembali direfleksikan oleh bangsa ini. Ketika kita masih saja senang bahkan bangga menjadi bangsa konsumen dan tidak lagi bergairah menjadi bangsa produsen. Semoga saja somasi yang dipertontonkan RIM bisa membelalakan mata kita sehingga keluar dari perangkap hiperrealitas serta berhenti menjadi korban stimulasi dan konsumerisme.
Post a Comment
terimakasih atas kunjungan anda -